OJK: Kinerja Perbankan Tetap Kuat, Likuiditas dan Risiko Terjaga

20240105 Jenis Jenis Kredit banner
creativenews.id"

JAKARTA, CREATIVENEWS — Sektor perbankan nasional menunjukkan performa yang positif sepanjang 2024 dengan pertumbuhan kredit dua digit dan profil risiko yang tetap terjaga. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, pada Desember 2024, kredit perbankan tumbuh sebesar 10,39 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp7.827 triliun.

Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, mengatakan bahwa kinerja intermediasi perbankan tetap kuat di tengah tantangan perekonomian.

Bacaan Lainnya

“Pertumbuhan kredit tetap melanjutkan tren double digit growth, dengan profil risiko yang terjaga, mencerminkan resiliensi sektor perbankan nasional,”* ujar Ismail dalam keterangan resminya, Selasa (13/02).

Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tercatat tumbuh paling tinggi sebesar 13,62 persen yoy, diikuti Kredit Konsumsi sebesar 10,61 persen, dan Kredit Modal Kerja 8,35 persen. Sementara itu, dari sisi kepemilikan, bank BUMN menjadi motor utama dengan pertumbuhan kredit 12,10 persen yoy.

Dari sisi kategori debitur, kredit korporasi mencatatkan pertumbuhan 15,67 persen, sedangkan kredit untuk UMKM tumbuh lebih moderat sebesar 3,37 persen.

Di sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 4,48 persen yoy menjadi Rp8.837,2 triliun. Rinciannya, giro tumbuh 3,34 persen, tabungan 6,78 persen, dan deposito 3,50 persen yoy. Pertumbuhan DPK ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2023 yang tercatat sebesar 3,73 persen yoy.

Likuiditas industri perbankan juga tetap memadai. Rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) tercatat sebesar 112,87 persen dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 25,59 persen, jauh di atas ambang batas minimum masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen. Sementara itu, Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 213,23 persen.

“Kualitas kredit tetap terjaga, tercermin dari rasio NPL gross sebesar 2,08 persen dan NPL net sebesar 0,74 persen,” jelas Ismail. Ia juga menyebutkan bahwa Loan at Risk (LaR) menurun menjadi 9,28 persen, lebih baik dibandingkan kondisi sebelum pandemi yang berada di 9,93 persen pada akhir 2019.

Dari sisi profitabilitas, Return on Assets (ROA) perbankan stabil di angka 2,69 persen, memperlihatkan bahwa kinerja sektor perbankan tetap resilien. Selain itu, permodalan industri perbankan (CAR) masih sangat kuat di level 26,69 persen.

Di tengah tren digitalisasi, perbankan juga mencatat pertumbuhan signifikan pada produk *buy now pay later* (BNPL). Pada Desember 2024, baki debet kredit BNPL tumbuh 43,76 persen yoy menjadi Rp22,12 triliun dengan jumlah rekening mencapai hampir 24 juta.

“Kinerja ini memperlihatkan perbankan nasional tetap adaptif terhadap perkembangan digital, sambil menjaga prinsip kehati-hatian,” tutur Ismail.

OJK optimistis kinerja sektor perbankan akan tetap kuat di tengah ketidakpastian global sepanjang 2025, didukung oleh fundamental industri yang solid dan penguatan manajemen risiko.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *