MAKASSAR, CREATIVENEWS – Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, menyampaikan bahwa pasar saham domestik mencatatkan penguatan tipis di awal tahun 2025. Hingga 31 Januari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat sebesar 0,41 persen ke level 7.109,20.
Meski IHSG naik, kapitalisasi pasar justru tercatat sedikit turun 0,14 persen menjadi Rp12.319 triliun. Investor asing (non-resident) tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp3,71 triliun sepanjang Januari.
“Secara sektoral, beberapa indeks sektor mengalami penguatan, terutama di sektor consumer cyclicals dan keuangan. Namun, dari sisi likuiditas, rata-rata nilai transaksi harian tercatat Rp10,71 triliun, lebih rendah dibanding rata-rata tahun 2024 sebesar Rp12,85 triliun,” ungkapnya, Selasa, 11/02/2025.
Di pasar obligasi, indeks ICBI naik 0,77 persen ke level 395,70, dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata turun 1,31 basis poin. Investor asing membukukan beli bersih Rp4,65 triliun di pasar SBN, sementara di obligasi korporasi tercatat net sell sebesar Rp0,78 triliun.
“Untuk industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) per 31 Januari 2025 tercatat Rp834,87 triliun, turun 0,30 persen dari akhir tahun lalu. Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana juga turun 0,50 persen ke Rp496,75 triliun dengan net redemption sebesar Rp2,59 triliun,” tutrnya.
Sepanjang 2024, OJK mencatat penghimpunan dana pasar modal berhasil mencapai Rp259,24 triliun dari 199 penawaran umum, melampaui target Rp200 triliun. Pada Januari 2025, telah terkumpul dana Rp1,10 triliun melalui dua Penawaran Umum Berkelanjutan. Sebanyak 116 pipeline penawaran umum tengah menunggu dengan perkiraan nilai Rp40,84 triliun.
“Jumlah investor pasar modal juga terus meningkat, mencapai 15,16 juta per akhir Januari 2025, tumbuh 1,95 persen secara bulanan,” terangnya.
Securities Crowdfunding dan Bursa Karbon Terus Berkembang
Dalam sektor Securities Crowdfunding (SCF), hingga 16 Januari 2025, terdapat 18 penyelenggara SCF berizin OJK dengan 727 penerbitan efek, melibatkan 173.686 pemodal dan total dana terhimpun Rp1,38 triliun. Untuk SCF Syariah, tercatat enam penyelenggara dengan 376 penerbitan efek dan dana terhimpun Rp725,26 miliar.
Sementara itu, Bursa Karbon yang diluncurkan pada 26 September 2023 telah mencatatkan 107 pengguna jasa hingga Januari 2025, dengan volume perdagangan mencapai 1.181.255 tCO₂e dan nilai transaksi sebesar Rp62,93 miliar. Pasar Negosiasi mendominasi transaksi sebesar 62,14 persen, diikuti Pasar Lelang 25,40 persen, Pasar Reguler 12,22 persen, dan marketplace 0,24 persen.
“Sejak 20 Januari 2025, Bursa Karbon juga telah membuka perdagangan luar negeri. Dalam 11 hari pertama, tercatat volume transaksi internasional sebesar 49.815 tCO₂e dengan nilai Rp4,02 miliar,” ungkap Ismail.
Potensi bursa karbon nasional dinilai masih besar, dengan 4.154 pendaftar di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN-PPI) dan proyeksi peningkatan unit karbon yang akan diperdagangkan.
Untuk menjaga integritas pasar, OJK selama Januari 2025 menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp4,3 miliar kepada satu pihak terkait pelanggaran perdagangan saham.
“Sepanjang 2024, OJK juga telah mengenakan sanksi administratif senilai Rp6,54 miliar kepada 30 pelaku jasa keuangan akibat keterlambatan penyampaian laporan, serta mengeluarkan 18 surat peringatan tertulis,” Ujar Ismail.