MAKASSAR, CREATIVENEWS – Bulan Ramadan melatih diri ummat muslim untuk senantiasa menjaga diri dari tindak perilaku buruk yang dilarang oleh Allah SWT.
Tidak hanya perilaku buruk seorang musim harus menjaga hatinya dengan menghilangkan sifat dengki, iri, sombong dan lain sebagainya. Semuanya itu adalah penyakit hati.
penyakit hati ini dibahas dalam dialog ramadan di Masjid Al-Markaz Al-Islami Jumat 04/05/24 dengan tema mensucikan jiwa untuk meraih kemenangan.
Dialog ini dipandu oleh Prof. KH. Muammar Bakry dengan menghadirkan narasumber yaitu Prof. H. Azhar Arsyad dan Prof. KH. Ruslan Wahab.
Prof. H. Azhar Arsyad megatakan sesungguhnya didada ada segumpal substansi, kalau substansi itu baik maka baiklah badan, kalau rusak maka rusak segala yang ada pada tubuh. Subtansi itu ialah hati.
“Jika dicermati bukan amalan lahiriah yang menjadi ukuran tapi yang menjadi ukuran itu ialah hilangnya penyakit hati,” ungkapnya.
Kata Prof. H. Azhar seseorang biasanya tidak menyadari bahwa terdapat penyakit hati dalam dirinya. ia berharap di bulan suci ramadan ini dapat membersihkan hati dari segala penyakit.
“Terkadang susah untuk melihat penyakit hati, semoga kita dapat selamat di bulan ramadan ini kita nanti ujungnya mudah-mudahan hati kita kembali bersih,” imbuhnya.
“Ini yan harus dijaga karena penyakit hati itu susah, orang yang hatinya bersih, ucapannya itu jujur, tidak pernah bohong.
kedua tidak ada hasat, tidak ada dengki, riya,” paparnya.
Sementara itu Prof. KH. Ruslan Wahab menjelaskan untuk bisa mendeteksi hati sakit atau tidak, cukup dengan menanyakan kepada diri sendiri apakah perbuatan kita selama ini melenceng dari perintah Allah.
“Deteksinya gampang, apa pernah kita melakukan hal yang dilarang oleh Allah? kapan kita melanggar peraturan Allah berarti hatinya sakit,” tandasnya.
Prof. KH. Ruslan Wahab menyebutkan orang yang haus pujian merupakan ciri penyakit hati.
“Segala macam bentuk pujian hanya milik Allah, jangan masuk disitu, karena memang tidak ada kavling kita untuk dipuji, kapan ada orang yang mau dipuji berarti sudah masuk ke kavling Allah artinya sudah kotor itu hati,” imbuhnya.
Seorang muslim mestinya menempatkan dirinya untuk bersikap menghargai ketimbang ingin dihargai.
“Kita punya kavling itu hanya memuji. posisikan hati kita unuk menghargai bukan ingin dihargai, memuliakan bukan dimuliakan, menghormati bukan mau dihormati,” terangnya.
“Ada orang memang yang ingin di puji, ini orang hina ini, sudah sakit hatinya mengambil kavling-kavling Allah,” tambahnya.
Sama halnya dengan kepemilikan, terkadang manusia merasa pencapaiannya berkat dirinya, padahal kepemilikan itu hanya milik Allah SWT.
“Jadi ukur diri kita apa kita pernah ambil kavling Allah, jika pernah berarti hati sedang sakit,” terangnya.