MAKASSAR, CREATIVENEWS – Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar resmi meluncurkan mata kuliah elektif Shelter Medicine pada Program Studi Kedokteran Hewan.
Berlangsung di Hotel Unhas, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Jumat (21/11/), peluncuran ini menjadikan Unhas sebagai kampus pertama di Indonesia dan di Asia Tenggara yang membuka mata kuliah khusus terkait penanganan hewan di shelter.
Kepala Prodi Kedokteran Hewan Unhas, drh Dwi Kesuma Sari, menyampaikan mata kuliah elektif Shelter Medicine lahir melalui kerja sama dengan Jaan Domestic Indonesia dan Four Paws Internasional.
Mata kuliah ini ditetapkan sebagai kursus elektif setelah revisi kurikulum 2023 dan akan berlangsung 16 kali pertemuan penuh, membahas secara khusus mengenai Shelter Medicine.
“Dengan adanya mata kuliah khusus, kami bisa memasukkan kursus elektif untuk Shelter Medicine. Jadi bukan hanya disisipkan dalam satu mata kuliah saja,” ungkapnya.
Dwi juga menjelaskan bahwa Prodi Kedokteran Hewan Unhas merupakan salah satu prodi paling diminati dengan tingkat peminat dan seleksi yang tinggi.
“Dengan dibukanya mata kuliah ini, otomatis ada satu cabang keilmuan lagi bagi mahasiswa dan alumni untuk berpartisipasi setelah lulus,” sebutnya.
“Tidak hanya praktisi hewan kesayangan, hewan besar, atau satwa liar, tetapi juga bidang baru terkait lingkungan,” lanjut Dwi.
Perwakilan FOUR PAWS International, Dr. Anne Dawydowa, menerangkan bahwa kolaborasi ini membuka era baru pendidikan kedokteran hewan di Asia Tenggara.
“Ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat mendorong kemajuan nyata untuk kesejahteraan hewan dan kesehatan masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu Ketua PDHI Sulsel, drh Aminudin, turut menyambut positif kehadiran mata kuliah baru ini.
“Yang pertama, saya senang sekali, karena ini menambah pengetahuan bagi calon-calon dokter hewan. Harapannya setelah mereka selesai, mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang shelter,” tukasnya.
Aminudin menyoroti kondisi shelter di Sulsel yang dinilai masih kekurangan dokter hewan khusus.
“Shelter-shelter yang ada memang belum memiliki dokter hewan khusus. PDHI bekerja sama dengan APHI membantu membina pengelola shelter, baik kucing maupun anjing,” terangnya.
Aminudin menjelaskan shleter anjing masih sangat kurang. Terdapat dua shelter anjing dan masing-masing lebih dari 100 ekor ditampung di beberapa shelter kucing di Sulsel.
“Kadang kami mengadakan vaksinasi massal, atau jika ada dana, kami lakukan sterilisasi gratis. Semua pelayanan untuk shelter tidak dipungut biaya alias gratis,” ungkapnya.







