MAKASSAR, CREATIVENEWS – Islam mengajarkan untuk senantiasa berakhlak baik, menjunjung tinggi etika dan moral.
Rasulullah SAW bahwa “Sesungguhnya saya ini diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia”.
Akhlak dalam hal ini dapat disejajarkan dengan etika moral jadi misi utama agama Islam ini ialah menciptakan etika moral atau akhlak dalam berbangsa dan bernegara.
Akhlak Islam ini dibahas lebih dalam pada Dialog Jumat yang diadakan oleh Yayasan Islamic Center (YIC) Masjid Al-Markaz Al-Islami dengan tema Etika Politik Dalam Islam, Jumat, 22 Maret 2024.
Dialog Ramadhan ini di pandu moderator Dr. H. Aswar Hasan MA, dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Prof. Armin Arsyad dan Dr. Syarifuddin Jurdi.
Prof. Armin selaku pemateri pertama mengatakan etika politik sangat erat kaitannya dengan moral.
“Moral itu adalah nilai-nilai yang baik yang bersemayam di dalam hati setiap individu,” tukasnya.
Ia menerangkan kalau orang tidak bermoral maka nilai-nilai buruk yang di hatinya bersemayam dan itulah yang mempengaruhi perilaku setiap insan.
“Karena itu benar yang dikatakan dalam hadis bahwa dalam diri seorang manusia itu ada segumpal daging kalau itu baik maka baiklah semua tubuh manusia, Jika segumpal daging itu buruk maka seluruh perilaku manusia,” paparnya.
Prof Armin melanjutkan orang yang memilki iman maka bisa dipastikan dia memilki moral yang baik.
“Karena itu saya berpendapat bahwa iman bertakwa bagi umat Islam itu sebenarnya nilai moral yang menjadi penuntun bagi umat muslim untuk berperilaku hanya persoalannya malam ini keluar masuk, kalau lagi keluar imannya itu bisa berpengaruh besar,” tuturnya.
Sementara itu Dr. Syarifuddin Jurdi mengungkapkan karakter masyarakat Indonesia yang segala tindakan, tingkah laku sering kali mencontoh tokoh elit politik, elit intelektual, elit agama, dan lain-lain.
Saat ini masyarakat diperhadapkan atau dipertontonkan dinamika yang dilakukan elit politik dalam rangka mendapatkan tahta kekuasaan. Namun menurutnya perilaku elit politik ini tidak menunjukkan etika moral, sebab perilaku dan perkataannya sangat jauh berbeda.
“Kita dipertontonkan dengan perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana Nabi atau orang-orang saleh sebelum kita yang apa diucapkannya dan apa yang dilakukan tidak ada perbedaan ketika di suatu tempat dia berkhotbah tentang kebaikan maka kebaikan yang dilakukan itu jadi referensi tindakan di tempat lain,” bebernya.
Ia mengemukakan saat ini adalah tahun politik dimana masyarakat menyaksikan orang menyampaikan tentang kebaikan,mengumbar janji-janji kampanye, namun pada saat yang sama masyarakat menyaksikan para petarung kekuasaan perilakunya terkadang berbeda ditempat lain dibandingkan saat mereka berkampanye.
“Orang bisa saja berkampanye di tempat ini tetapi tindakannya sudah berbeda di tempat lain,” imbuhnya.
Dr. Syarifuddin mengungkapkan begitu banyak kepura-puraan dalam politik.
Di sisi lain masyarakat mudah tergoda dengan ucapan-ucapan dan retorika politik, dan tidak pernah merefleksikan ulang tindakan kebanyakan elit politik yang tidak memiliki moral.
“Jadi kita sedang menghadapi dilema kepemimpinan sosial kepemimpinan politik bahkan mungkin pada sisi tertentu kepemimpinan agama,” ujarnya.(SB)