MAKASSAR, CREATIVENEWS – Kota Makassar bersiap menjadi pelopor dalam pengelolaan sampah modern di Indonesia dengan dimulainya pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) atau PSEL (Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik) berbasis teknologi Waste to Energy (WTE). Proyek strategis nasional ini berlokasi di Tamalanrea dan dikelola oleh PT. Sarana Utama Synergy (SUS) Environment Co. Ltd, perusahaan lingkungan terkemuka asal Tiongkok.
Direktur Utama PT SUS, Jack Zhang,menjelaskan bahwa proyek ini akan memanfaatkan teknologi pembakaran sampah canggih yang telah terbukti di berbagai negara seperti Tiongkok, Thailand, Vietnam, Uzbekistan, dan Iran.
“WTE adalah teknologi yang mampu mengubah sampah menjadi energi listrik tanpa menghasilkan polusi. Proyek ini akan menjadi solusi atas darurat sampah sekaligus mendukung target netral karbon Indonesia,” ujar Zhang.
Dua Jalur Pembakaran, Listrik untuk 45 Ribu Rumah PSEL Makassar akan dilengkapi dua jalur pembakaran dengan kapasitas masing-masing 650 ton/hari, serta satu unit pembangkit uap berkapasitas 35 MW. Proyek ini mampu mengolah 1.300 ton sampah per hari, mencakup sampah baru dari masyarakat sebanyak 1.000 ton dan 300 ton dari TPA Antang.
“Listrik yang dihasilkan bisa menyuplai sekitar 45 ribu rumah. Tidak hanya itu, hasil pembakaran juga akan diolah kembali menjadi paving block,” jelas Zhang.
Sampah Antang Diangkut, Area TPA Akan Disulap Jadi Taman
Menurut PT SUS, TPA Antang tidak akan dibiarkan terbengkalai. Seluruh sampah lama akan diangkut ke lokasi pabrik secara bertahap dengan target pembersihan dalam 12 tahun. Sebanyak 30 truk sampah tertutup akan beroperasi setiap hari, ditambah 14 unit truk baru berkapasitas besar yang akan disumbangkan ke Pemkot Makassar.
Seluruh proses pengangkutan akan dilakukan dengan kendaraan tertutup dan melalui jalur yang bersih. Setiap kendaraan akan dicuci dan dibersihkan sebelum keluar dari area pabrik untuk mencegah bau dan pencemaran jalan.
Kenapa Tamalanrea? Ini Alasannya Pemilihan lokasi pabrik di Tamalanrea
TPA Antang dinilai tidak lagi layak karena pencemaran air lindi yang parah serta keterbatasan lahan. Tamalanrea dianggap lebih strategis karena dekat dengan Sungai dan Gardu Induk Kima, serta lebih dekat ke pusat penghasil sampah kota, yang mempercepat proses pengangkutan dan mengurangi emisi karbon.
Ramah Lingkungan & Aman untuk Masyarakat PT SUS memastikan bahwa seluruh aktivitas operasional dilakukan dalam bangunan tertutup yang dilengkapi sistem anti-polusi. Sampah akan langsung dimasukkan ke dalam bunker tertutup, dengan sistem tekanan negatif dan penghilang bau.
Gudang penyimpanan dilapisi beton anti rembes dan dilengkapi sistem pengolahan air lindi serta sumur pantau air tanah untuk memastikan tidak terjadi pencemaran lingkungan.
“Kami adalah perusahaan pengelola lingkungan. Tidak mungkin kami merusak lingkungan. Bahkan area dekat pabrik akan dibangun mes untuk para pekerja, yang menjadi bukti bahwa area ini aman,” jelas Zhang.
Dampak Positif
Tak hanya berfokus pada pengelolaan sampah, proyek ini juga akan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar. PT SUS menyerap pekerja lokal, memperbaiki saluran drainase juga memperhatikan sarana kesehatan warga dan menyalurkan bantuan sosial secara berkala.
Proyek Percontohan Nasional
Proyek PSEL Makassar merupakan proyek pertama di Indonesia yang mengimplementasikan teknologi WTE secara penuh. Dengan durasi proyek selama 30 tahun (2 tahun konstruksi dan 28 tahun operasional), PT SUS berharap Makassar menjadi contoh sukses bagi kota-kota lain di Indonesia dalam mengelola sampah secara modern dan berkelanjutan.
“Sebagai orang Makassar, kita harus bangga. Kota ini jadi percontohan nasional, dan semoga proyek ini berkembang ke kota-kota lainnya,” pungkas Jack Zhang.
PT SUS telah mengajak tokoh masyarakat setempat untuk melihat teknologi PSEL yang telah dimanfaatkan di China.
Kedua tokoh masyarakat tersebut Hj Amran dan M Said. Keduanya berangkat ke negeri tirai bambu pada 2024 lalu, saat keduanya masih menjabat PJs Ketua RT dan RW.
Amran adalah mantan Ketua RT 5 Tamalalang Kelurahan Parangloe. Sementara M Said Mantan Ketua RW 5 RT 1 Kelurahan Bira. Keduanya bersaksi, proyek PSEL di Cina betul-betul rendah emisi, tidak ada bau, tidak ada polusi.
“Disana betul-betul bersih. Kami berkunjung ke dua PSEL di Cina, kekhawatiran masyarakat di sini tentang bau busuk, polusi cerobong asap itu tidak ada,” ujarnya.
“Kita juga tidak pernah melihat ada sampah berserakan disana. Betul-betul bersih, semoga Makassar juga bisa seperti itu,” sambung Amran dan H Said.
Lanjut M Said, ia menampik jika tak ada sosialisasi tentang PSEL sesuai yang disampaikan beberapa warga.
Proyek PSEL ini kata M Said sudah diperkenalkan sejak 2023 lalu, pertemuan dengan masyarakat setempat juga sudah dilakukan beberapa kali.
“Makanya kami heran kalau ada yang bilang masyarakat tidak pernah dilibatkan, kami punya bukti foto-foto pertemuan tentang PSEL,” ungkapnya. (*)