MAKASSAR, CREATIVENEWS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama Bank Indonesia Kantor Wilayah Sulsel menyelenggarakan Dedicated Team Meeting Forum Phinisi Sultan 2025 yang berlangsung di Ruang Pola, Kantor Gubernur Sulsel.
Forum ini juga dihadiri oleh para Bupati dan Wali Kota se-Sulsel untuk menggali potensi investasi yang ada di daerah.
Dengan mengusung tema “Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan melalui Investasi dan Hilirisasi Berbasis Green dan Blue Ekonomi”, forum ini bertujuan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi berkualitas dan berkelanjutan.
Dalam forum tersebut dibahas berbagai isu strategis, di antaranya Perkembangan Ekonomi Global, Outlook Ekonomi Nasional dan Daerah, Perkembangan Investasi di Sulsel, dan Tantangan Investasi dan Strategi Penguatan Ekosistem Investasi.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel Rizki Ernadi Wimanda mengungkapkan bahwa kontribusi investasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulsel menunjukkan tren menurun, yang menandakan perlunya peningkatan kualitas dan produktivitas investasi.
“Hal ini terlihat dari Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Sulsel yang masih lebih tinggi dibandingkan nasional dan Vietnam,” paparnya dalam forum.
Kata Rizki sepanjang tahun 2024, realisasi investasi di Sulsel mencapai Rp14,04 triliun, terdiri atas Rp8,41 triliun dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Rp5,62 triliun dari Penanaman Modal Asing (PMA).
“Sektor pertambangan menjadi penyumbang terbesar dengan nilai investasi Rp4,02 triliun atau sekitar 29% dari total investasi,” imbuhnya.
Dari sisi tenaga kerja, investasi tersebut menyerap sebanyak 20.440 tenaga kerja lokal di tahun yang sama. Meski demikian, BI bersama BRIN mencatat sejumlah hambatan investasi di Sulsel berdasarkan persepsi investor, mulai dari aspek sosial budaya, lingkungan, ekonomi, hukum, politik hingga teknologi.
“Kendala utama ialah risiko hukum yang tinggi membuat investor menuntut imbal hasil yang lebih besar, sehingga mengurangi daya tarik investasi,” terangnya.
Lanjut Rizki Berbagai strategi dilakukan untuk menarik minat investor, seperti keikutsertaan dalam forum investasi internasional (IIAIF dan IIF Tokyo), pelaksanaan South Sulawesi Investment Forum dan South Sulawesi Investment Challenge (SSIC), serta kegiatan Anging Mammiri Business Fair yang mempertemukan investor dan pelaku UMKM.
Usai kegiatan, Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman menyampaikan pentingnya membentuk desk khusus di bawah tim investasi untuk memfilter dan menindaklanjuti proyek-proyek yang telah memenuhi kriteria kelayakan.
“Pelaksana untuk mengawal investasi itu sudah ada timnya, kalau tidak salah saya ketuanya. Tapi saya butuh desk. Desk ini nanti yang memfilter semua, untuk mempromosikan proyek-proyek, baik dari swasta maupun pemerintah,” jelasnya kepada awak media.
Gubernur juga menyinggung sektor-sektor unggulan yang saat ini diminati investor, seperti green economy dan transportasi massal.
“Yang paling diminati sekarang itu sektor green economy, terutama pertambangan nikel untuk baterai, dan juga transportasi massal karena bisa mengurangi volume kendaraan dan lebih efisien,” ujarnya.
Tak hanya fokus pada industri, Gubernur juga menegaskan komitmennya pada sektor pangan.
“Ketiga, kawasan-kawasan industri terintegrasi, artinya hulu hilir kena, tapi paling penting kita mau mendorong Swasembada pangan, pemerintah ini fokusnya betul-betul pelayanan publik karena kita di Sulsel sebagian besar petani dan nelayan,” tutupnya.