Gejolak Global Belum Reda, OJK Pastikan Industri Keuangan Nasional Tetap Solid

OJK 1 289041531.jpg
creativenews.id"

JAKARTA, CREATIVENEWS – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga, meskipun tantangan perekonomian global dan domestik masih berlangsung. Penilaian ini disampaikan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK pada 26 Februari 2025.

Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, menyatakan bahwa sektor jasa keuangan tetap kuat menghadapi volatilitas pasar dan ketidakpastian geopolitik dunia.

Bacaan Lainnya


“Di tengah tantangan global dan domestik, stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap kokoh, mencerminkan resiliensi perekonomian nasional,” ujar Ismail Riyadi, Selasa (4/3/2025).

OJK mencatat, pertumbuhan ekonomi global menunjukkan tren stagnasi. Inflasi di beberapa negara maju mulai melandai, namun volatilitas pasar tetap tinggi akibat ketidakpastian kebijakan ekonomi dan konflik geopolitik.

Di Amerika Serikat, aktivitas ekonomi tetap solid dengan inflasi tercatat 3% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Januari 2025. Sementara itu, inflasi inti (core CPI) meningkat menjadi 3,3% yoy, menunjukkan tekanan harga di luar sektor energi dan pangan masih bertahan.


“Pasar tenaga kerja di AS tetap kuat dengan tingkat pengangguran menurun menjadi 4%, meskipun kenaikan Nonfarm Payroll tidak sesuai ekspektasi pasar,” jelas Ismail.

The Fed diperkirakan bersikap netral dengan potensi penurunan Fed Fund Rate sebanyak satu hingga dua kali sepanjang tahun ini.

Di sisi geopolitik, ketegangan antara Ukraina dan Rusia belum menemukan solusi, bahkan setelah pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih gagal menghasilkan kesepakatan. Rencana baru AS untuk mengenakan tarif tambahan terhadap mitra dagangnya turut meningkatkan ketidakpastian global.

Sementara itu di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi masih tertahan dengan inflasi hanya sebesar 0,5% yoy. Indeks harga produsen (PPI) juga terus mengalami kontraksi, dan PMI Manufaktur turun ke level 50,1, di bawah ekspektasi pasar.


“Tiongkok tetap hati-hati dalam kebijakan moneternya, dengan mempertahankan suku bunga acuan dan memperketat ekspor rare earth yang dapat berdampak pada industri global,” tambah Ismail.

Untuk kondisi domestik, OJK melaporkan bahwa inflasi tetap terkendali. Inflasi Januari tercatat sebesar 0,76% yoy, dan inflasi inti sebesar 2,26% yoy, mencerminkan permintaan domestik yang masih cukup baik. Namun, beberapa indikator permintaan seperti penjualan kendaraan, semen, serta harga dan volume penjualan rumah menunjukkan tren perlambatan.

Di sisi produksi, PMI Manufaktur Indonesia pada Januari 2025 naik ke level 51,9 dari sebelumnya 51,2, mengindikasikan ekspansi industri. Kinerja eksternal juga tetap solid, tercermin dari surplus neraca perdagangan yang mencapai USD 3,45 miliar pada Januari 2025, tumbuh 71,71% dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kinerja sektor eksternal kita tetap kuat, meskipun tekanan global meningkat. Ini menunjukkan daya tahan ekonomi kita,”tutup Ismail Riyadi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *