Sulsel Siap Terapkan Pemanfaatan Bio Massa dari Berbagai Sumber

IMG20250219115955 scaled
creativenews.id"

MAKASSAR, CREATIVENEWS – Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan, Prof. Fadjry Djufry, mengungkapkan rencana besar untuk menjadikan Sulsel sebagai pilot project dalam pengembangan energi hijau (green energy).

Salah satu inovasi utama yang akan diterapkan adalah pemanfaatan bio massa dari berbagai sumber, seperti padi, jagung, jerami padi, tongkol jagung, sisa sawit, hingga limbah perkotaan yang dipilah menjadi sampah basah dan kering.

Bacaan Lainnya

Prof. Fadjry menjelaskan bahwa selama ini teknologi biomassa lebih banyak digunakan untuk pembangkit listrik. Namun, dalam proyek ini, biomassa akan diolah dalam bentuk steam.

“Investor yang masuk kali ini membawa teknologi dari Jerman, tetapi pabriknya akan dibangun di Sulsel dengan branding Makassar. Ini yang kita senangi, karena pengusaha yang berinvestasi tidak sekadar membawa teknologi, tetapi juga mengembangkan industri lokal,” ungkapnya.

Jika proyek ini berhasil, Sulsel akan menjadi contoh dalam pengelolaan sampah dan biomassa yang selama ini banyak terbuang.

“Jerami padi kita ternyata memiliki nilai ekonomi tinggi. Dengan pemanfaatan ini, kita bisa memenuhi kebutuhan listrik di Sulsel, khususnya di sektor industri, sehingga biaya energi menjadi lebih murah. PLN pun nantinya dapat bersinergi,” tambahnya.

Selain proyek energi hijau, Sulsel juga menarik minat investasi dari perusahaan Vietnam yang sedang melakukan survei lokasi untuk pengembangan sapi perah.

Perusahaan tersebut berencana mengembangkan 250 ribu ekor sapi perah dan membutuhkan lahan seluas 18 ribu hektar. Saat ini, penyelesaian lahan sedang dalam proses di Wajo dan Sidrap.

“Kebutuhan susu nasional masih sangat bergantung pada impor. Jika Sulsel bisa menjadi sentra sapi perah, ini akan mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah. Kami juga membentuk satuan tugas (Satgas) percepatan perizinan investasi untuk mengatasi kendala birokrasi,” jelas Prof. Fadjry.

Salah satu tantangan utama investasi di Sulsel adalah lamanya proses perizinan. Sebagai perbandingan, di Jakarta, izin mendirikan bangunan (IMB) bisa keluar dalam waktu tiga jam, sementara di Sulsel bisa memakan waktu hingga empat bulan.

“Kita akan cek penyebabnya. Jika tidak ada solusi, investor akan semakin menjauh, padahal potensi kita sangat besar,” tegasnya.

Dengan adanya upaya percepatan ini, diharapkan investasi di Sulsel dapat meningkat, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *