MAKASSAR, CREATIVENEWS – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau masih akan berlangsung di bulan Oktober untuk sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel).
Musim hujan diprediksi mulai terjadi pada awal bulan November.
Di musim kemarau ini, debit air di beberapa bendungan maupun danau semakin berkurang sehingga mempengaruhi suplai listrik.
Khusus wilayah Provinsi Sulawesi Selatan melalui PLN UID Sulselrabar, suplai listrik masih terjaga di tengah musim kemarau.
Manajer Komunikasi PLN UID Sulselrabar Ahmad Amirul Syarif mengatakan pasokan listrik di Sulawesi Selatan terbantu dengan adanya Energi Baru Terbarukan atau EBT.
EBT mampu menyumbang pasokan listrik hingga 45 persen.
“Alhamdulillah saat ini pasokan listrik di sistem kelistrikan Sulawesi bagian selatan bisa terbilang cukup ya dengan persentase pasokan energi baru terbarukan itu (EBT) sebesar 45% jadi Alhamdulillah (terbantu) kemampuan PLTA juga walaupun mengalami penurunan karena musim kemarau ya tapi sudah ada antisipasi dari menambah kapasitas pembangkit, jadi sekitar 135 Megawatt sudah ditambahkan,” tuturnya saat dihubungi, Senin, 30 September 2024.
Selain itu, Ahmad menjelaskan saat ini PLN sedang menerapkan Tekhnologi modifikasi cuaca (TMC) di area Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk meningkatkan curah hujan.
Diketahui Pembangkit Listrik terbesar saat ini di wilayah Sulawesi iaiah PLTA dengan daya tampung 850 Mega Watt, sehingga TMC rutin dilakukan PLN UID Sulselrabar untuk menaikkan debit air bendungan maupun danau.
“Jadi yang kami lakukan itu TMC dan akan dilakukan lagi dilokasi PLTA yang terbesar, untuk menaikkan elevasi air danau,” paparnya.
Ahmad menambahkan penerapan TMC sudah membuahkan hasil, terbukti beberapa daerah yang memiliki PLTA sudah mulai hujan.
Sudah ada beberapa daerah yang meningkat, namun kita masih berharap juga dengan musim Kemabli baik.
Ahmad berharap musim kemarau bisa lebih cepat berakhir, agar pasokan listrik tidak terganggu.
“Sebetulnya harapan kami tetap kondisi cuaca semakin membaik artinya PLTA yang merupakan tenaga pembangkit listrik terbesar, jadi kapasitas produksinya bisa menurun apabila belum banyak hujan,” ungkapnya.
Diketahui PLN UID Sulselrabar memiliki sistem pembangkit listrik pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan daya tampung mencapai 850 Mega Watt, kemudian ada pembangkit listrik tenaga Uap (PLTU) yang saya mampunya di 1000 Mega Watt, lalu ada pembangkit termal yang mana ada diantaranya Pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU), kemudian Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) tersebar. Daya tampung pembangkit listrik tenaga termal ini totalnya sekitar 640 Megawatt.
“Selain itu juga ada energi terbarukan lainnya seperti pembangkit listrik tenaga bayo (PLTB) di Sidrap dan di Jeneponto itu totalnya 140 Mega Watt, jadi total daya mampu 2300 Megawatt,” imbuhnya.
Ahmad menjelaskan daya tampung listrik tersebut sudah lebih dari cukup, mengingat kebutuhan listrik di Sulsel sebesar 2800 megawatt
“Di Sulsel sendiri beban puncaknya itu sampai paling tinggi 1800 Megawatt,” ujarnya. (SB)