MAKASSAR, CREATIVENEWS – Kerusakan lingkungan sudah nampak jelas didepan mata. Hal itu dibuktikan oleh bencana alam yang kerap terjadi.
Kerusakan alam memicu bencana hidrometeorologi, salah satunya tanah longsor yang terjadi baru-baru ini di Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengakibatkan 18 orang meninggal dunia dan 2 orang dalam kondisi kritis.
Melihat dampak yang ditimbulkan Pj Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulsel Andi Muhammad Arsjad mengatakan Pemprov Sulsel akan menggalakkan cinta lingkungan secara dini dengan mengarahkan sekolah-sekolah untuk mengajarkan para siswa menanam pohon.
“Kita menghimbau masyarakat kita termasuk kita sudah sampaikan di jajaran kementerian agama dan dinas pendidikan untuk anak-anak sekolah kita dilatih dibiasakan untuk menanam.
Jadi pada hari itu semua bisa menyadari betapa pentingnya lingkungan, menanam pohon itu,” ungkapnya, di Kantor Gubernur Sulsel Selasa, 16 April 2024.
Kerusakan lingkungan sudah cukup parah di Sulsel. Mengulang perkataan Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin, Arjsad menyatakan kerusakan tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri.
Ia meminta agar Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi pelopor dan contoh di tengah masyarakat untuk senantiasa melestarikan lingkungan.
“Selalu diingatkan bapak Pj Gubernur, apa yang terjadi hari ini juga tidak lepas dari apa kita lakukan di masa lalu.
oleh karena itu beliau berharap, terutama teman pegawai bisa menjadi pelopor kegiatan menanam, termasuk sedekah pohon,” tukasnya.
Maka dari itu pada peringatan hari Bumi pada tanggal 22 April 2024 yang diselanggarakan di Wajo, Pemprov Sulsel mewajibkan seluruh ASN untuk menanam pohon.
“Diperingatan hari bumi tanggal 22 april ini, di wajo nanti seluruh ASN diwajibkan untuk menanam,” bebernya.
*Antisipasi Bencana
Lebih Lanjut, Arsjad mengatakan seluruh pemerintah daerah (Pemda) di Sulsel diminta untuk memliki peta rawan bencana, sebagai upaya untuk memaksimalkan mitigasi bencana.
“Kita meminta setiap pemerintah daerah memiliki peta daerah rawan bencana untuk mitigasi rawan bencana, peta rawan bencana dengan hitungan yang jelas kita punya kemampuan adaptasi dan antisipasi, yang akan kita lakukan metodenya sudah ada, itulah pentingnya kita memiliki peta rawan bencana,” terang Arsjad.
Dia menjelaskan bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di Sulsel.
“Jadi kabupaten kota itu sudah memiliki antisipasi daerah rawan bencana apakah rawan longsor, banjir gempa dan lain-lain, saya pikir sulsel, lebih banyak bencana Hydro meteorologi,” bebernya.
Mitigasi yang dimaksud ialah kesiapan alat, skema antisipasi bencana, serta armada pendukung lainnya.
“ini yang harus kita antisipasi, bagaimana skema alat-alat kita, bagaimana skema antisipasi longsor terutama di akses jalan itu, nah ini harus banyak dipikirkan oleh kita,” pungkasnya.
“Kita imbau kepada kabupaten kota untuk bisa melakukan mitigasi yang baik, minimal kalo terjadi kurang korban jiwa dan lainnya,” tutup Arsjad.