MAKASSAR, CREATIVENEWS – Yayasan Islamic Center Masjid Al-Markaz Al-Islami kembali menggelar Dialog Ramadhan.
Kegiatan Dialog Ramadhan ini digelar pada Jumat, 15/03/2024 dan akan berlansgung setiap hari Jumat selama Ramadhan dengan tema yang berbeda setiap pekannya.
Untuk pekan pertama Ramadhan, YIC Masjid Al-Markaz Al-Islami mengusung tema dialog ’Peran Cendekiawan Dalam Pendidikan Dan Perubahan Sosial’.
Dialog ini dipandu langsung oleh Prof. Arifuddin Ahmad sebagai moderator, dengan menghadirkan narasumber yaitu Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sulsel Prof. Aris Munandar dan Ketua Dewan Pakar ICMI Sulsel Prof Thahir Kasnawi.
Prof. Aris Munandar dalam paparan materinya mengatakan semakin bertambah ilmu seorang muslim, kesalehannya pun mesti meningkat.
Ia mengambil landasan pada surah Al-Mujadilah ayat 11 yang artinya, Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
“Dalam surah Al-Mujadilah ayat 11, kita manusia yang berakal tidak hanya sekedar menuntut ilmu, tapi bagaimana ilmu itu bertambah tapi juga kesalehan ikut bertambah,” ungakpnya.
Prof. Aris Munandar menilai sebagian besar masyrakat belum mencapai seperti apa yang dijelaskan pada surah Al-Mujadilah.
“Sayangnya kita belum mencapai itu, bagaimana Indonesia sekarang apa sudah baik pendidikannya? Maaf (Pendidikan) Indonesia belum baik-baik saja, baik itu ketinggian ilmu dunianya apalagi ilmu agamanya,” tukasnya.
Mantan Rektor Universitas Negeri Makassar, ini mengatakan ada banyak faktor yang membuat kualitas sumber daya manusia di Indonesia kurang, salah satunya ialah indeks pembangunan manusia yang rendah.
“Indeks pembagunan manusia kita di Indonesia rata-rata lama pendidikan yang dicapai penduduk Indonesia berumur 25 tahun keatas itu baru 8,6 tahun, itu berarti baru kelas 3 SMP, dan angka yang masuk perguruan tinggi itu baru 32 persen lulusan SMA yang melanjutkan pendidikan, “ terangnya.
“kita mau bilang itu baik-baik saja? tentu tidak baik untuk pendidikan kita,” sambungnya.
Dia menjelaskan bukti kualitas SDM Indonesia buruk ialah melalui penilaian PISA 2023 yakni program penilaian Pelajar Internasional.
“Baru-baru ini kementerian pendidikan menerbitkan hasil ujian internasional yang disebut PISA 2023 atau program penilaian Pelajar Internasional. Program tersebut menilai anak 15 tahun di 81 negara. Indonesia ranking ke 69 kita berada di zona merah, ini pertanda buruk bagi negara kita. Ini tidak berubah dari tahun ke tahun mulai dari 2015 bukannya meningkat malah makin menurun,” bebernya.
Sementara itu Prof Thahir Kasnawi menyampaikan ada suatu konsep yang cukup relevan dengan masalah pendidikan dan perubahan sosial di Indonesia yaitu konsep Bonus Demografi.
“Konsep ini artinya masa dimana masyarakat itu terdiri sebagian besar orang yang usianya siap bekerja, jadi surplus tenaga kerja itu puncaknya akan berlangsung 5 tahun kedepan setalah itu akan turun lagi bonus demografi karena lansia ini semakin banyak,” paparnya.
Kata Prof. Thahir Konsep Bonus Demografi ini sangat menguntungkan Indonesia tapi akan jadi permalsalahan jika orang dengan usia produktif banyak yang menganggur.
“Sekilas didengar menguntungkan kalau kualitas masyaraka kita bagus, tapi bakal jadi bencana Demografi kalau orang usia produktif kita kerjanya hanya menganggur dan menjadi persoalan di tengah-tengah masyarakat,” imbuhnya.
Maka dari itu Ia menyampaikan kualitas pendidikan harus di tingkatkan lagi di Indonesia untuk memanfaatkan era bonus demografi ini.
“Oleh karena itu kuncinya adalah bagaimana kualitas penduduk kita diperbaiki di era Bonus Demografi ini, karena erat sekali kaitannya dengan pendidikan kita, karena pendidikan yang menentukan kualitas penduduk kita,” tukasnya.