MAKASSAR, CREATIVENEWS – Masjid memiliki peran strategis dalam pertumbuhan peradaban umat Islam. Bukan hanya sebagai tempat menunaikan ibadah shalat, tetapi juga berperan sebagai pusat pendidikan dan penyebaran syiar Islam.
Maka dari itu membangun dan mengembangkan kemajuan masjid tentu menjadi hal yang mulia bagi ummat Islam yang mengerjakannya.
Prof. KH. Muammar Bakry dalam ceramah tarwih-nya pada malam ke-2 Ramadhan di Masjid Al-Markaz Al-Islami, yang berjudul Visi dan Perspektif Masa Depan Masjid Al-Markaz. Ia mengatakan
Masjid merupakan tempat amal jariyah atau ladang pahala.
Sabda nabi mengatakan siapa yang mau punya rumah disurga maka silahkan titipkan sebagian hartanya untuk masjid.
“Masjid itu bisa menjadi tempat untuk bermamal jariyah nabi bersabda siapa yang mau punya rumah disurga maka silahkan titipkan sebagian hartanya untuk masjid,” ungkapnya Selasa, 12 Maret 2024.
Prof. KH. Muammar menuturkan ummat muslim di Indonesia justru harus bersyukur sebab mendapatkan nikmat kesempatan untuk ikut terlibat dalam pembangunan masjid. Dibandingkan negara Islam lain, Masjid dibangun oleh Raja atau Pemerintah.
“Inilah kita luar biasanya kita di Indonesia yang mungkin tidak dinikmati oleh orang-rang di negara Islam kaya seperti di Arab Saudi, karena disana masjid itu dibangun oleh pemerintah, kita di Indonesia semua masjid hampir dibangun oleh ummat,” terangnya.
Prof. KH. Muammar menerangkan pengurus Yayasan Islamic Center (YIC) Masjid Al-Markaz Al-Islami sedang berupaya melengkapi fasilitas Masjid.
“Jadi kita ini di Masjid Al-Markaz dengan kepengurusan yang ada, semua fasilitas diharapkan bisa kita lengkapi dan kalau kita mengambil bagian dari situ maka kita jadi fasilitator,” pungkasnya.
Ia menerangkan Nabi Muhammad SAW menyebutkan keutamaan seorang fasilitator. Siapa yang memfasilitasi orang untuk melakukan kebaikan maka dia mendapatkan pahala sama dengan pahala orang yang menikmatinya.
Rektor Universitas Islam Makassar (UIM) itu pun mengajak para jemaah yang hadir untuk berlomba-lomba dalam mengurus masjid.
“Jadi berlomba-lombalah mengurus masjid karena, kalau seribu orang yang masuk di masjid, sekian juga pahala yang kita peroleh,” pungkasnya.
Dalam membangun masjid bukan berarti hanya mempercantik bangunan tempat ibadah, namun Masjid bisa merupakan pusat peradaban dan pemberdayaan ummat Islam, karena didalamnya terdapat pengembangan ilmu pengetahuan (pendidikan), sosial, budaya, bahkan pusat ekonomi.
//
Masjid dalam Al-Qur’an diSebutkan beberapa fungsi sebagaimana tadi yang disampaikan, fungsi utama dan ini sering disampaikan oleh Bapak dewan pembina Bapak Jusuf Kalla sebagai fungsi ibadah kita melaksanakan ibadah salat dengan berbagai bentuk pengabdian gerakan mulai dari berdiri rukuk duduk dan sujud jadi paling tidak ketika kita melaksanakan salat ada 4 aktivitas yang kita lakukan tapi tempat ibadah kita ini justru dinamakan tempat sujud padahal kita beribadah bukan hanya setuju kita juga berdiri cuma kalau di artikan tempat berdiri maka tempat ibadah itu dinamakan makam, Jangan sampai tempat salat kita
dinamakan makam bisa sama dengan kuburan maka tidak diberikan nama itu pada tempat ibadah kita kita juga rukuk dan tempat ruku bahasa arabnya marka kalau kita namakan tempat ibadah kita dengan marka jangan sampai berhenti dengan marka jalanan dan seterusnya.
bahkan kita juga kalau salat kita duduk dan bahasa arabnya tempat duduk itu namanya majelis kalau kita namakan tempat ibadah kita ini dengan majelis jangan sampai dikira dewan majelis permusyawaratan Rakyat DPR MPR sehingga tempat ibadah kita ini dinamakan Masjid tempat sujud sebab nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda gerakan yang paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sujud maka Rasulullah bersabda perbanyaklah doa ketika sujud karena di situlah tempat di mana kita merasakan kedekatan dengan Allah subhanahu wa ta’ala itulah masjid
dan Alquran menyatakan Tidak ada tempat di muka bumi ini di mana orang yang masuk di dalamnya dalam keadaan bersih bukan hanya bersih tapi juga dalam keadaan suci bapak-bapak di sini ibu-ibu tidak ada yang membawa najis baik itu najis kecil tetap najis ringan najis sedang mutawasitah najis berat tidak ada yang bawa najis di sini semuanya bersih dari najis Bahkan bukan hanya bersih dari najis tapi suci juga dari hadas maka tidak ada yang masuk ke dalam masjid kecuali dalam keadaan berwudhu bahkan tidak mungkin kita masuk di masjid kalau kita berhadas besar belum mandi junub lalu kemudian masuk di masjid itu tidak mungkin semuanya kita ini terbebas dari hadas kecil dengan berwudhu dan hadas besar pasti sudah mandi dulu kalau memang kita pernah junub inilah luar biasanya masjid sebagai tempat pembersihan dan pensucian diri bukan hanya secara lahiriah tapi juga secara batiniah ini ya karena itu Bapak Ibu sekalian tolong apalagi Masjid Al markas ini sudah ber karpet dan kita nikmati karpet baru yang empuk ini ini kalau membersihkan ini tentu sudah tidak di satu lagi dan kalau ada kotoran yang melekat di atasnya itu agak susah dideteksi jadi bapak-bapak misalnya yang lebih biasa juga itu bapak-bapak lebih kalau ada kotoran-kotorannya di telinga atau hidungnya atau hidungnya atau biasa itu ada kaki yang yang jari kaki itu yang busuk-tusuk dan satu dicium-cincin setelah didapat di cungkil baru dijunjung begini dan ada begitu Pak ya baru kalau sudah dapat jagung kalau dia buang di atas karpet berarti mengotori karpet dosanya kata ulama selama kotoran itu ada maka selama itu kita berdosa nah ini bahaya nih jadi jangan sampai kita mengotori tempat yang suci maka inilah pentingnya Masjid itu sebagai tempat ibadah tempat pensucian dan pembersihan sebagaimana ayat dalam surat tobat yang terakhir Bapak Ibu sekalian nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wasallam bersabda barangsiapa yang hendak punya rumah dosurga maka silahkan titipkan sebagian hartanya di masjid,
inilah kita di Indonesia yang mungkin tidak dinikmati oleh orang
Orang sama dengan pahala orang yang menikmatinya jadi berlomba-lombalah mengurus masjid karena kalau kita mengurus masjid kalau 1000 orang yang masuk di masjid maka potensi pahala yang diperoleh oleh ketua panitia Amalia Ramadan sekian orang masuk di masjid sekian juga pahala yang kita peroleh tanpa mengurangi pahala yang melakukannya ini luar biasa inilah kita bangun soliditas sosial di masjid seperti yang disampaikan tadi oleh Bapak Gubernur itulah sebabnya kenapa ini terakhir lagi jadi terakhir yang paling terakhir kenapa kalau kita berjamaah disyariatkan sahnya kalau itu bersambung antara satu makmum dengan makmum lainnya dari kalau ada jamaah yang tidak bersambung tubuhnya dengan tubuh di sampingnya itu dianggap tidak selmpurna jamaahnya karena tidak sempurna ukurannya menurut hadis nabi dalam shaf ini karena insyaallah sudah aman korona kalau dulu korona itu 1 meter jaraknya tapi sekarang ini insyaallah sudah aman Corona berarti kita kembali salat berjamaah secara normal bagaimana syariat shaf yang benar nabi katakan antara bahu dengan bahu bertemu jadi kalau kita disyariatkan untuk berdiri sesuai dengan ukuran bahu begitulah standar berdirinya orang salat karena ada tong biasa orang bukan bahunya dia mau ke situ tunggu tapi kakinya sehingga kakinya itu juga sudah begini ya bahunya hanya sebesar-besar seperti ini tapi karena dia mau mempertemukan badan dengan badan kanan kirinya akhirnya kakinya digesek-gesek enggak enak juga rasanya kalau diganggu-ganggu jadi syariatnya yang benar itu adalah ini manaqib itulah biasa kalau kita salat di Masjidil haram imamnya bilang aduh artinya apa dari kegiatan salat berjamaah di situlah tunggu soliditas jamaah sosial kemasyarakat tidak ada jet seperti yang disampaikan tadi jangan sampai lain juga kerjanya pengurus Masjid dan juga kerjanya orang di sekitar masjid maka dengan salat berjamaah Kita ini seperti satu tubuh dalam kehidupan umat Islam ada nama lain assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh